Prokrastinasi ??? UNTUK ANDA YANG SUKA
MENUNDA PEKERJAAN
“Jangan biarkan waktu menipumu, karena waktu tak bisa kau
tahlukkan.” – W.H. Auden
Di
era yang sibuk dan selalu menuntut produktivitas yang tinggi, beberapa dari
kita seringkali mengawali minggu dengan mengatur jadwal pekerjaan dan
menentukan goals yang ingin dicapai di minggu tersebut. Tapi, berapa
dari kita yang tetap berpegang pada jadwal?
Prokrastinasi atau tindakan menunda
pekerjaan/tugas yang seharusnya diselesaikan pada waktu tertentu. Prokrastinasi
berasal dari dua kata dalam bahasa Latin, yakni “pro” yang
berarti forward atau maju dan “crastinus” yang
berarti “belonging to tomorrow” atau milik hari esok, sehingga
prokrastinasi adalah “forward it to tomorrow” dalam bahasa Latin
yang berarti “lakukan besok”.
Sebuah
penelitian menyebut bahwa setidaknya setiap orang pernah menunda pekerjaan dari
jadwal yang telah mereka tentukan sekali atau lebih. Bahkan kemungkinan
sebanyak 20% orang mengalami prokrastinasi kronis.
Berdasarkan survey, sebanyak 80% mahasiswa seringkali menunda menyelesaikan
tugas kuliah mereka.
Prokrastinasi
memang identik dengan penundaan, akan tetapi tidak semua penundaan termasuk
prokrastinasi. Beberapa keadaan mengharuskan kita menunda pekerjaan
yang seharusnya diselesaikan akibat adanya keadaan yang lebih penting sedang
terjadi. Misalnya, ketika kita harus menunda menyelesaikan tugas esai karena
kondisi badan yang sedang sakit. Maka dari itu, penundaan esai ini tidak termasuk
dalam tindakan prokrastinasi. Menjadi prokrastinasi ketika penundaan esai kita
lakukan akibat membuang-buang waktu untuk melihat feed instagram
atau sekadar berselancar di dunia maya. Seseorang baru dianggap melakukan
prokrastinasi apabila dirinya sengaja menunda pekerjaan karena
sesuatu yang tidak penting atau bukan prioritas, sekalipun ia mengetahui akibat
buruk dari penundaan tersebut.
Lalu, apa
sebenarnya yang membuat orang-orang seringkali menunda pekerjaannya?
Prokrastinasi Adalah Tentang Regulasi Diri
Dalam
sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Austria dan Jerman menyebut bahwa
tindakan prokrastinasi sebagai bentuk kegagalan pengaturan/regulasi diri.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Timothy Pychyl, seorang peneliti dari
Carleton University Kanada menyatakan bahwa pada dasarnya prokrastinasi adalah permasalahan regulasi diri.
Kita mengetahui apa saja yang perlu dikerjakan tetapi tidak dapat
mendorong diri sendiri untuk melakukan usaha tersebut. Orang yang
menunda-nunda pekerjaan juga menganggap aktivitas lain yang menyenangkan lebih
berharga pada awalnya, dan tugas yang sulit menjadi semakin penting seiring
dekatnya deadline. Prokrastinasi akan semakin rentan terjadi
apabila orang-orang impulsif dan memiliki regulasi diri rendah mendapatkan
tugas yang tidak menyenangkan. Pierre Steel, seorang psikolog
menambahkan bahwa para prokrastinator memiliki skor conscientiusness (kesungguhan)
yang rendah pada tes kepribadian Big 5 Personality Test.
Prokrastinator
seringkali “menipu’ diri sendiri dengan mempercayai bahwa mereka dapat
mengerjakan lebih baik dibawah tekanan waktu yang singkat sehingga
mereka memilih untuk mengerjakannya kemudian di akhir tenggat waktu. Menurut
Joseph Ferrari, Ph.D, profesor psikologi dari De Paul Univeristy, Chicago
mengatakan bahwa terdapat 5 kebohongan yang dipercayai prokrastionator untuk
membenarkan tindakan menunda pekerjaannya. Diantaranya, yaitu:
- Merasa
masih banyak waktu untuk mengerjakan tugas
- Merasa
hanya sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugastersebut
- Merasa
akan lebih semangat jika mengerjakan esok hari, minggu depan, bulan depan,
atau waktu tertentu
- Tugas
akan semakin sempurna apabila dikerjakan saat benar-benar ingin
mengerjakannya
- Pengerjaan
tugas tidak akan optimal ketika tidak berada dalam mood yang
baik(menunggu mood)
***
Menunda-nunda
pekerjaan tentu dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Perasaan
sedih, menyesal, bahkan frustasi bisa jadi dialami
seseorang yang menunda pekerjaannya. Dirinya merasa bahwa seharusnya ia
mampu mengerjakan tugas tersebut lebih awal dan lebih baik lagi. Hal tersebut
tentu dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental mereka
yang menunda pekerjaannya. Seseorang dapat mengalami stres berat atau mengalami
kecemasan ketika mengerjakan pekerjaan dalam keadaan terburu-buru. Bisa jadi,
stress, cemas dan rasa gugup yang timbul akibat terburu-buru bisa menyebabkan
seseorang tidak fokus sehingga tidak jarang meningkatkan kesempatan
mengalami kecelakaan.
Mengubah
perilaku dan kebiasaan memang memerlukan waktu dan usaha untuk melakukannya.
Joseph Ferrari, Ph.D memberi beberapa kiat untuk menghadapi prokrastinasi.
Salah satunya adalah dengan membuat semua daftar aktivitas yang harus dilakukan
tiap harinya. Selain itu, perlu juga menambahkan tujuan yang realistis dari
setiap kegiatan. Masing-masing kegiatanpun perlu diperinci menjadi tugas-tugas
yang lebih spesifik. Kita juga perlu mengestimasi berapa lama waktu yang
dibutuhkan dalam pengerjaan tugas dan menaikkannya menjadi dua kali lipat.
Selanjutnya, kita juga bisa memberi reward pada diri sendiri
ketika berhasil menyelesaikan tugas tepat waktu. Reward tersebut
sekaligus bisa membantu memotivasi kita untuk menyelesaikan tugas tepat
waktu. Kemudian, untuk menghindari tertundanya tugas, dibutuhkan
keberanian untuk memutuskan mana hal-hal yang menjadi prioritas dan mana
aktivitas atau kegiatan yang bukan prioritas dan sekiranya mengganggu. Hal
ini penting karena seseorang bisa dengan mudah terdistraksi sesuatu yang
kemudian membuat dirinya lupa akan tujuan utama.